Jangan menilai seseorang hanya dari covernya saja. Pepatah inilah yang
mungkin saja cocok untuk menggambarkan anak satu ini. Pada dasarnya, setiap
anak memiliki kepribadian masing-masing dan tingkah yang pastinya tak sama
antara satu dengan lainnya. Kelakuan setiap anak pada dasarnya baik, tapi
kebaikan itu bisa berubah seiring dengan berjalannya waktu, karena pengaruh pergaulan
dan lingkungan.
Sebuah kisah yang diceritakan oleh pengguna sosial bernama Arham pada
Jumat (19/05) telah menjadi kisah yang viral. Tak hanya viral, kisah ini juga
bisa dijadikan pelajaran berharga buat kita semua agar semakin peduli dengan
anak-anak di sekitar kita. Kisah ini juga bisa dijadikan pelajaran agar kita
tak menilai seseorang hanya dari penampilan luar dan yang tampak saja.
Dikutip dari laman KapanLagi.com, Arham mengisahkan bahwa
setahun lalu yakni tahun 2016, ia mengambil foto seorang anak yang sedang
terkapar di tengah jalan dekat masjid. Awalnya, Arham mengira bahwa anak itu
merupakan korban tabrak lari tapi setelah ditolong, anak itu sedang mabuk lem.
Satu tahun kemudian yakni 2017, Arham kembali bertemu dengan anak yang
sama. Kini ia tidak lagi terkapar di pinggir jalan tapi ia sedang merapikan
sandal dan sepatu di serambi masjid. Arham sangat bangga dan merasa iba dengan
anak itu karena ia mengira si anak sudah berubah dan tidak mabuk lem lagi.
Tapi, kisah selanjutnya justru bikin gregetan dan geram.
"Hampir gue lindas. Gue buru-buru turun dari motor, lalu
menariknya ke pinggir trotoar, lalu lintas pun sempat macet. Pengendara lainnya
otomatis berhenti. Anak ini dikerumuni, jadi tontonan. Pikir kami, mungkin dia
korban tabrak lari. Tapi kemudian, seorang bilang, sudah pak tinggalkan saja di
situ. Sebentar lagi juga bangun sendiri. Sudah biasa seperti itu. Mabuk lem,"
cerita Arham di akun sosial pribadinya menyertai sebuah postingan foto si anak.
"Nah foto di sebelahnya itu gue jepret kemarin (Kamis, 18/05). Gak
sengaja ketemu anak ini lagi. Gue masih hafal mukanya. Kali ini gue sontak
terharu. Dia sedang mengatur sandal-sandal jamaah di pelataran masjid.
MasyaAllah, ada perasaan nyesek. Menyesal rasanya pernah ingin menjitaknya.
Setahun ternyata waktu yang cukup mengubah seseorang. Entah dapat hidayah atau
lingkungan pergaulan yang mengubahnya, gue juga nggak ngerti.
Gue sempat dibuat nggak khusyu shalat karena memikirkannya. Setelah
keluar masjid, gue langsung menemuinya lalu duduk di sampingnya dan merangkul
pundaknya. Gue merogoh dompet, rencana mau sedekah. Ia memang menengadahkan
tangan pada setiap jamaah, minta upah alakadarnya. Tapi sebelum ngasih duit,
gue tanya-tanya dulu. Uangmu ini nantinya untuk apa? Dia hanya diam nggak
jawab. Mau beli makanan ya? Dia masih diam. Gue kemudian iseng tanya, atau mau
dipake beli lem? Nggak diduga, dia mengangguk. Oalah, gak jadi kasih nih duit.
Ini namanya twist ending. Gagal jadi tulisan motivasi deh," lanjut Arham.
Kisah dari Arham ini pun menjadi kisah yang viral di kalangan netizen.
Meski gagal jadi tulisan motivasi, Arham ingin menyampaikan pesan moral dari
tulisannya. Ia berharap bahwa kita semua tak boleh terlalu cepat mengambil
suatu kesimpulan dari keadaan atau situasi yang terjadi. Ada beberapa hal yang
kita anggap baik ternyata tak sebaik yang kita kira. Sebaliknya, ada beberapa
hal yang kita anggap buruk tapi ternyata dilandasi alasan yang sangat baik dan
bikin haru.
Kisah ini juga menjadi pelajaran bagi kita semua untuk mau lebih peduli
dengan anak-anak di sekitar kita meski mereka bukan anak kandung, kerabat atau
saudara. Penting bagi setiap orang tua untuk membimbing dan mengarahkan setiap
anak ke masa depan yang lebih baik.
(vem/mim)
0 komentar:
Posting Komentar