Berbicara tentang pernikahan banyak yang menyesal. Menyesal kalau
tahu begini nikmat kenapa tidak dari dulu. Menyesal ternyata banyak
deritanya. Menikah itu tidak mudah, yang mudah itu ijab kabulnya. Rukun
nikah yang lima harus dihapal dan wajib lengkap kesemuanya.
Begitu pula dengan syarat wajib nikah pada pria yang harus
diperhatikan. Bagaimana jika kita belum punya biaya? Harus diyakini
bahwa tiap orang itu sudah ada rezekinya. Menikah itu menggabungkan dua
rezeki, rezeki wanita dan laki-laki bertemu, masalahnya adalah apakah
rezeki itu diambil dengan cara yang barokah atau tidak. Allah tidak
menciptakan manusia dengan rasa lapar tanpa diberi makanan. Allah
menghidupkan manusia untuk beribadah yang tentu saja memerlukan tenaga,
mustahil Allah tidak memberi rezeki kepada kita.
Biaya pernikahan bukanlah perkara mahal, yang penting ada. Maka kalau
sudah darurat bahkan mengutang untuk menikah diperbolehkan daripada
mendekati zina. Kalau sudah menikah setelah ijab kabul, jangan jadi riya
dengan mengadakan resepsi yang mewah. Hal ini tidak akan menjadi
barokah. Misalnya dalam mengundang, hanya menyertakan orang kaya saja,
orang miskin tidak diundang. Bahkan Rasulullah melarang mengundang
dengan membeda-bedakan status. Dalam mengadakan resepsi jangan sampai
mengharapkan balasan income yang didapat.
Masalah mas kawin yang paling bagus adalah emas dan uang mahar yang
paling bagus adalah uang. Berilah wanita sebanyak yang kita mampu,
jangan hanya berkutat dengan seperangkat alat sholat saja. Rasulullah
lebih mengutamakan emas dan uang dan inilah hak wanita. Awal nikah
jangan membayangkan punya rumah yang bagus. Maka perkataan terbaik suami
kepada istrinya adalah menasehati istri agar dekat dengan Allah. Jika
istri dekat dengan Allah maka ia akan dijamin oleh Allah mudah-mudahan
lewat kita.
Tiga rumus yang harus selalu diingat terdapat dalam surah Al-Asyr.
Setiap bertambah hari, bertambah umur, kita itu merugi kecuali tiga
golongan kelompok yang beruntung. Golongan pertama adalah orang yang
selalu berpikir keras bagaimana supaya keyakinan dia kepada Allah
meningkat. Sebab semua kebahagiaan dan kemuliaan itu berbanding lurus
dengan tingkat keyakinan kepada Allah. Tidak ada orang ikhlas kecuali
yakin kepada Allah. Tidak ada sabar kecuali kenal kepada Allah. Tidak
ada orng yang zuhud kepada dunia kecuali orang yang tahu kekayaan Allah.
Tidak ada orang yang tawadhu kecuali orang yang tahu kehebatan Allah.
Makin akrab dan kenal dengan Allah semua dipandang kecil. Setiap hari
dalam hidup kita seharusnya dipikirkan bagaimana kita dekat dengan
Allah.
Kalau Allah sudah mencintai mahluk segala urusan akan beres. Salah
satu bukti seperseratus sifat pemurah Allah yang disebarkan kepada
seluruh mahlukNya bisa dilihat sikap seorang ibu yang melahirkan seorang
anak Kesakitan waktu melahirkan, hamil sembilan bulan tanpa mengeluh
yang belum tentu anak tersebut akan membalas budinya. Tidak tidur ketika
anaknya sakit, mengurus anak dari mulai TK sampai SMA. Memikirkan biaya
kuliah. Mulai nikah dibiayai sampai punya anak bahkan juga diterima
tinggal di rumah sang ibu. Tetapi kerelaannya masih saja terpancar.
Itulah seperseratus sifat Allah.
Selalu komitmen mau kemana rumah tangga ini akan dibawa. Mungkin sang
ayah atau ibu yang meninggal lebih dulu yang penting keluarga ini akan
kumpul di surga. Apapun yang ada dirumah harus menjadi jalan mendekat
kepada Allah. Beli barang apapun harus barang yang disukai Allah. Supaya
rumah kita menjadi rumah yang disukai Allah. Boleh punya barang yang
bagus tanpa diwarnai dengan takabur. Bukan perkara mahal atau murah,
bagus atau tidak tetapi apakah bisa dipertanggungjawabkan disisi Allah
atau tidak.
Bahkan dalam mendengar lagu yang disukai Allah siapa tahu
kita dipanggil Allah ketika mendengar lagu. Rumah kita harus Allah
oriented. Kaligrafi dengan tulisan Allah. Kita senang melihat rumah
mewah dan islami. Jadikan semua harta jadi dakwah mulai mobil sampai
rumah. Tiap punya uang beli buku, buat perpustakaan di rumah untuk tamu
yang berkunjung membaca dan menambah ilmu. Jangan memberi hadiah lebaran
hanya makanan, coba memberi buku, kaset dan bacaan lain yang berguna.
Jangan rewel memikirkan kebutuhan kita, itu semua tidak akan
kemana-mana. Allah tahu kebutuhan kita daripada kita sendiri. Allah
menciptakan usus dengan disain untuk lapar tidak mungkin tidak diberi
makan. Allah menyuruh kita menutup aurat, tidak mungkin tidak diberi
pakaian. Apa yang kita pikirkan Allah sudah mengetahui apa yang kita
pikirkan. Yang harus kita pikirkan adalah bagaimana dekat dengan Allah,
selanjutnya Allah yang akan mengurusnya. Kita cenderung untuk memikirkan
yang tidak disuruh oleh Allah bukan yang disuruhNya. Kalau hubungan
kita dengan Allah bagus semua akan beres. Barang siapa yang terus dekat
dengan Allah, akan diberi jalan keluar setiap urusannya. Dan dijamin
dengan rezeki dari tempat yang tidak diduga-duga. Dan barang siapa
hatinya yakin Allah yang punya segalanya, akan dicukupkan segala
kebutuhannya. Jadi bukan dunia ini yang menjadi masalah tetapi hubungan
kita dengan Allah-lah masalahnya.
Golongan kedua adalah rumah tangga yang akan rugi adalah rumah tangga
yang kurang amal. Jangan capai memikirkan apa yang kita inginkan, tapi
pikirkan apa yang bisa kita lakukan. Pikiran kita harusnya hanya
memikirkan dua hal yakni bagaimana hati ini bisa bersih, tulus, dan
bening sehingga melakukan apapun ikhlas dan yang kedua teruslah
tingkatkan kekuatan untuk terus berbuat. Pikiran itu bukan mengacu pada
mencari uang tetapi bagaimana menyedekahkan uang tersebut, menolong, dan
membahagiakan orang dengan senyum. Sehingga dimanapun kita berada bagai
pancaran matahari yang menerangi yang gelap, menuai bibit,
menyemarakkan suasana. Sesudah itu serahkan kepada Allah. Setiap kita
memungut sampah demi Allah itu akan
dibalas oleh Allah.
Rekan-rekan Sekalian,
Mari kita ubah paradigmanya. Rumah tangga yang paling beruntung adalah
rumah tangga yang paling banyak produktifitas kebaikannya. Uang yang
paling barokah adalah uang yang paling tinggi produktifitasnya, bukan
senang melihat uang kita tercatat di deposito atau tabungan. Uang
sebaiknya ditaruh di BMT. Yang terjadi adalah multiefek bagi pihak lain,
hal ini menjadikan uang kita barokah. Daripada uang kita disimpan di
Bank kemudian Banknya bangkrut, disimpan di kolong kasur takut dirampok.
Kaya boleh asal produktif. Boleh mempunyai rumah banyak asal
diniatkan agar barokah demi Allah itu akan beruntung. Beli tanah
seluas-luasnya. Sebagian diwakafkan, kemudian dibangun masjid. Pahala
akan mengalir untuk kita sampai Yaumil Hisab. Makanya terus cari uang
bukan untuk memperkaya diri tapi mendistribusikan untuk ummat. Sedekah
itu tidak akan mengurangi harta kita kecuali bertambah. Jadi pikiran
kita bukan akan mendapat apa kita? tapi akan berbuat apa kita?. Apakah
hari ini saya sudah menolong orang, sudahkah senyum, berapa orang yang
saya sapa, berapa orang yang saya bantu?
Makin banyak menuntut makin capai. Makin kuat kita menuntut kalau
Allah tidak mengijinkan maka tidak akan terwujud. Kita minta dihormati,
malah Allah akan memperlihatkan kekurangan kita. Kita malah akan dicaci,
hasilnya sakit hati. Orang yang beruntung, setiap waktu pikirannya
produktif mengenai kebaikan. Selagi hidup lakukanlah, sesudah mati kita
tidak akan bisa. Kalau sudah berbuat nanti Allah yang akan memberi,
itulah namanya rezeki. Orang yang beruntung adalah orang yang paling
produktif kebaikannya.
Yang ketiga rumah tangga atau manusia yang beruntung itu adalah
pikirannya setiap hari memikirkan bagaimana ia bisa menjadi nasihat
dalam kebenaran dan kesabaran dan ia pecinta nasihat dalam kebenaran dan
kesabaran. Setiap hari carilah input nasihat kemana-mana. Kata-kata
yang paling bagus yang kita katakan adalah meminta saran dan nasihat.
Ayah meminta nasihat kepada anak, niscaya tidak akan kehilangan wibawa.
Begitu pula seorang atasan di kantor.
Kita harus berusaha setiap hari mendapatkan informasi dan koreksi
dari pihak luar, kita tidak akan bisa menjadi penasihat yang baik
sebelum ia menjadi orang yang bisa dinasihati. Tidak akan bisa kita
memberi nasihat jika kita tidak bisa menerima nasihat. Jangan pernah
membantah, makin sibuk membela diri makin jelas kelemahan kita. Alasan
adalah kelemahan kita. Cara menjawab kritikan adalah evaluasi dan
perbaikan diri. Mungkin membutuhkan waktu sebulan bahkan setahun.
Nikmatilah nasihat sebagai rezeki dan bukti kesuksesan hidup. Sayang
hidup hanya sekali dan sebentar hanya untuk menipu diri. Merasa keren di
dunia tetapi hina dihadapan Allah. Merasa pinter padahal bodoh dalam pandangan Allah.
Mudah-mudahan kita bisa menerapkan tiga hal diatas.
Setiap waktu berlalu tambahlah ilmu agar iman meningkat, setiap waktu isi dengan menambah amal.
diambil dari : Ceramah KH. Abdullah Gymnastiar/Aa Gym
0 komentar:
Posting Komentar